Profil dan Sejarah Desa Sekarwangi Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung - Desa Sekarwangi adalah sebuah desa yang menjadi penyangga Soreang sebaga ibukota kabupaten Bandung.
Profil dan Sejarah Desa Sekarwangi Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung |
Profil dan Sejarah Desa Sekarwangi Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung
Profil Desa Sekarwangi
Desa ini terletak 1 kilometer dari pusat pemerintahan kabupaten Bandung yang mempunyai wilayah seluas 109,33 hektar. Adapun batas-batas wilayah desa Sekarwangi:
- Sebelah Utara: Desa Katapang Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung
- Sebelah Selatan: Desa Cingcin Soreang Kabupaten Bandung
- Sebelah Timur: Desa Gandasari Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung
- Sebelah Barat: Desa Parung serab Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung
Iklim Desa Sekarwangi
Sebagaimana desa-desa lainnya yang terdapat di wilayah Indonesia, Desa Sekarwangi beriklim kemarau dan penghujan. Kondisi iklim itu berpengaruh langsung terhadap pola tanam. Mayoritas lahan di desa ini cocok untuk bertani walaupun tidak sedikit terdapat industri textile di Desa Sekarwangi.
Demografi Desa Sekarwangi
[1] Luas Wilayah
Desa Sekarwangi mempunyai luas wilayah 124,33 hektar.
Lahan pertanian: 75,6 ha
- Berpengairan Teknis: belum ada update
- Berpengairan ½ Teknis: belum ada update
- Tadah Hujan: belum ada update
Darat dan Pemukiman: 27,17 hektar
[2] Iklim
- Curah hujan: 700 mm/tahun
- Jumlah bulan hujan: 6 bulan
- Kelembaban: 32°C
- Suhu rata-rata harian: 24°C
- Tinggi tempat dpl: 680 mdpl
Sejarah Desa Sekarwangi
Desa Sekarwangi merupakan desa hasil pemekaran dari Desa Cingcin dengan tambahan sebagian wilayah dari Desa Parungserab. Sejarah berdirinya sebagai berikut.
Berawal dari rapat pembentukan Panitia XI yang dipimpin oleh E. Suhanda selaku Camat Katapang pada 6 Maret 1984. Dan menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya.
- Membentuk Panitia XI yang terdiri dari tokoh Masyarakat yang berasal dari tiga Desa, yaitu Desa Cingcin, Desa Parungserab dan Desa Gandasoli.
- Panitia XI bertugas memusawarahkan dan mengadakan pembagian Wilayah serta kekayaan Desa yang asalnya dari tiga Desa menjadi 5 Desa.
Lalu pada 8 Maret 1984 menggelar rapat pengesahan panitia XI, dalam rapat kerjanya terdapat keputusan tentang:
- Batas wilayah
- Pembagian kekayaan desa, dan
- Memutuskan nama Desa yang akan diajukan kepada atasan
Tantangan pada saat rapat pembagian wilayah yaitu adanya pemecahan kampung Lebakwangi yang cukup alot. Karena nama alam serta kekeluargaanya sudah menyatu dan ada dalam keluarga Besar Lebakwangi.
Namun, hasil akhir rapat tidak dapat mengabulkan usulan beberapa tokoh masyarakat yang menginginkan agar kampung Lebakwangi tetap bersatu, tidak pecah jadi dua wilayah. Hal ini terpaksa diputuskan mengingat dalam ketentuan batas Desa itu harus batas alam, yaitu Jalan Raya Propinsi.
Kampung Lebakwangi sangat erat dengan legenda, Sangkuriang Kabeurangan. Alkisah, dulu di sini ada tempat bernama, Lebak (bagian tempat yang rendah) yang memiliki bunga yang sangat harum, yaitu Kembang Jaksi.
Lebak ini merupakan tempat persembunyiannya Dewi Ayu Dayang Sumbi yang menghindari dari kejaran seorang jejaka bernama Sangkuriang yang sangat mencintainya. Dewi Ayu Dayang Sumbi menyadari bahwa Sangkuriang itu putra kandungnya karena itulah dirinya menjauh melarikan diri.
Dayang Sumbi kabur dari Sangkuriang di tempat dulu pernah bergandengan atau pakalengkaleng, sekarang bernama Pangalengan. Dayang Sumbi dalam masa pelariannya menemukan banyak selokan. Hal ini menyebabkan dirinya terpaksa berlari dengan loncat-loncat. Tempat tersebut kini dinamai dengan Ciluncat.
Dari Ciluncat Dayang Sumbi berlari dengan sangat cepat hingga sampai pada suatu tempat yang penuh semak belukar. Keadaan tersebut mengakibatkan jari manis tangannya tersangkut oleh semak belukar hingga cincin yang tersemat di jari manisnya jatuh tertinggal. Maka, tempat tersebut dinamakan Cingcin dan sekarang di Cingcin terdapat Kampung Cingcin Kolot Desa Cingcin.
Dari Cingcin Kolot Dayang Sumbi berusaha menghilangkan jejak berbelok ke arah utara. Sangkuriang bergerak ke arah barat dan sampai di suatu tempat. Di tempat tersebut Sangkuriang merasa kehilangan kekasihnya, dirinya berhenti dan mencoba memandang ke belakang yang dai dalam bahasa Sunda, Nyoreang Katukang.
Sangkuriang terus mengintai kekasihnya dengan sudut matanya yang bersinar-sinar memancarkan gelora asmaranya. Sejak kejadian tersebut tempat itu dinamai dengan Soreang.
Dari Soreang, Sangkuriang melihat Dayang Sumbi nun jauh di sana sedang berjalan bagai, Macan teu nangan. Karena letih dikejar-kejar Sangkuring, Dewi Ayu Dayang Sumbi terpojok hingga ke Lebak (tidak ada jalan untuk melarikan diri lagi).
Akhirnya Dewi Ayu Dayang Sumbi memilih bersembunyi di saat Kembang Jaksi sedang mekar. Akhirnya dirinya masuk ke dalam bunga itu. Setelah Dayang Sumbi berada di dalam kembang Jaksi, semerbak harum menyebar ke seluruh Lebak. Sejak itu, tempat tersebut bernama Lebakwangi sampai sekarang. Dan saat ini bernama Kampung Lebakwangi Desa Sekarwangi.
Kembali menyoal rapat Panitia XI, dalam musyawarahnya mengajukan tiga nama untuk pemekaran Desa dari Cingcin dan Parungserab yaitu:
- Sumberwangi
- Mekarwangi
- Sekarwangi
Setelah diskusi dan adu argumentasi akhirnya musyawarah Panitia XI memutuskan, nama Desa untuk pemekaran dari Desa Cingcin dan Parungserab adalah, Sekarwangi. Hingga akhirnya terbit SK Gubernur pada 24 April 1984.
Isi dari SK gubernur tersebut mengesahkan berdirinya Desa Pamekaran baru yaitu Desa Sekarwangi, beserta Desa Banyusari. Pada saat didirikan Desa Sekarwangi, Desa Cingcin dikepalai oleh D. HIDAYAT.
Pada 26 Juni 1984 terjadi serah terima wilayah dari D. Hidayat selaku Pejabat Kepala Desa Cingcin kepada Uus Ismail, selaku Pejabat Kepala Desa Sekarwangi. Uus Ismail memegang tampuk pemerintahan selama 2 tahun.
Semasa dua tahun itu, Desa Sekarwangi membangun dengan cepat. Seperti berdirinya Sekolah Dasar Inpres, pengaspalan jalan utama termasuk bangunan SD bertingkat yang untuk sekedanaan Banjaran baru ada di Desa Sekarwangi.
Uus Ismail mengakhiri masa jabatannya pada 14 Juli 1986. Timbang terima Jabatan dari Uus Ismail selaku Pejabat Kepala Desa Sekarwangi kepada Enjang Farhan selaku Kepala Desa terpilih untuk kepala Desa Sekarwangi, hasil Pemilihan berlangsung pada 15 Februari 1986.
Dalam perjalanan masa jabatan periode 1986-1994, Enjang Farhan membangun wilayah Desa Sekarwangi dengan berbagai kegiatan. Hal ini mendorong Desa Sekarwangi menjadi Desa Swasembada.
Di samping itu, Enjang Farhan telah memperlihatkan kinerja baiknya dengan melengkapi Kelembagan Desa mulai dari tingkat RT, RW setingkat Desa. Dan nampak pula pembangunan sarana dan prasarana baik Tingkat RT dan RW.
Pada 1994, Enjang Farhan berakhir masa jabatannya dan ikut mencalonkan kembali. Pada waktu itu, terdapat 3 calon Kepala Desa, yaitu:
- Enjang Farhan
- Dedi Supriadi
- Asep Sutisna
Dedi Supriadi adalah sosok yang terpilih pada saat Pemilihan Calon Kepala Desa untuk Masa Bakti 1995-2002. Namun dalam masa jabatannya, saat berjalan 5 tahun, Dedi Supriadi meninggal dunia.
Untuk sementara tampuk kepemimpinan diambil alih oleh Sekretaris Desa yaitu Usa Sukarsa. Dalam kurun waktu 7 Bulan Usa berhasil merenovasi Kantor Desa. Dari bangunan yang masih dinding bambu menjadi dinding tembok.
Usa Sukarsa menghabiskan masa jabatan selama 7 bulan saja kemudian Pemilihan Kepala Desa kembali dan terpilihlah Kepala Desa Definitif, yaitu Asep Sutisna yang dilantik pada 15 September 2001 untuk Masa Bakti 2001-2006.
Setelah Asep Sutisna menghabiskan masa jabatan, dirinya mencalonkan lagi untuk Masa Jabatan Periode 2006 – 2012. Dari sini, berbagai pembangunan terbukti seperti Penyelesaian Kantor Desa/BPD/MUI/LKMD/Rumah Dinas Bidan Desa, Kirmir Jalan Desa dan lain sebagainya.
Selanjutnya, Kepala Desa Sukmaya menjabat selama periode 2013-2018 dan sekarang Kepala Desa baru dipimpin oleh Ridwannulloh untuk periode 2019-2025 yang mempuyai visi misi membangun Desa Sekarwangi yang Agamis tur Harmonis.
Profil dan Sejarah Desa Sekarwangi Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung
Reviewed by admin
on
April 14, 2024
Rating:
No comments: